Tuesday, September 15, 2015

The Power of Dream

Hari ini saya sudah 4 dan 7 bulan bekerja sebagai Manager Produksi di sebuah industri farmasi di Jakarta. Ketika dingat-ingat lagi, setelah lulus kuliah pada tahun 2005 langsung bekerja di sebuah industri farmasi sebagai Supervisor Produksi tepatnya bulan Oktober 2005.
Selama menjalani pekerjaan sebagai SPV banyak hal yang dilalui, mulai bagaimana berinteraksi dan konflik dengan sesama SPV, dengan atasan dan terutama dengan bawahan yang relatif banyak.  Saya juga banyak belajar tentang bagaimana teknis industri farmasi (teknis produksi, kapasitas produksi, laporan produksi, dll), belajar tentang continual improvement (QCC dan SS) dan best practices lain seperti 5S dan dasar-dasar lean manufacturing.
Satu hal yang paling ingat, dan saya akan selalu saya kenang adalah mimpi saya untuk menjadi seorang Manager dalam waktu 5 tahun.  Jangka waktu ini berdasarkan beberapa informasi yang saya dapat bahwa syarat minimal menjadi seorang manager adalah pengalaman 5 tahun.  Ini merupakan syarat minimal karena memang ada juga SPV lain yang sudah bekerja lebih dari 5 tahun tetapi belum menjadi seorang manager.
Keinginan menjadi seorang manager juga jauh menjadi kuat dan membara setelah saya memutuskan menikah dan selang beberapa bulan punya istri hamil, keinginan ini lebih kuat lagi dan selalu terpikir setiap hari setelah punya anak.  Manager tentunya akan mempunyai/dikasih mobil dan gaji lebih, sehingga tidak akan ada lagi keadaan ketika mau bawa anak ke dokter saja bingung karena tidak punya uang, dan tidak usah lagi minjem motor bawahan untuk berangkat ke dokternya….ditambah bisa pulang kampung naik mobil dengan nyaman tidak mengulangi naik bus ketika istri hamil tua dan membuat kakinya bengkak, bahagiakan orang tua karena mengajaknya jalan-jalan naik mobil.
Keinginan itu makin kuat, dan cenderung nekat sehingga apappun yang bisa dilakukan untuk memperbesar kemungkinan menjadi manager semua dilakukan, mulai bertanya ke HRD tentang karier path, syarat-syarat menjadi manager….belajar dengan giat ilmu manufacturing, selalu penasaran dengan tugas yang dilakukan oleh manager saya, kalau bisa tugasnya saya yang lakukan…bersaing dengan spv lain untuk menjadi kandidat yang ngurus improvement activity dan lain-lain….mohon maaf kalau teman-teman melihat saya ambisius dan mungkin mengganggu mereka…
Sampai suatu saat ada kesempatan untuk bekerja di Malaysia sebagai Production Executive di sebuah industri farmasi lokal di Sungai Petani Kedah.  Tanpa berpikir pajang, ikut test dan akhirnya diterima.  Sebelumnya memang minta pertimbangan terhadap beberapa senior, banyak yang menyarankan tidak mengambil kesempatan itu karena beberapa faktor misalkan…Malaysia itu rasis terhadap orang indonesia…mungkin bandingannya pekerja informal ya..seperti pembantu, ada juga yang memberika masukan walaupun hujan emas dinegeri orang lebih enak hujan air dinegeri sendiri…memang ada benarnya (suatu saat akan dibahas).  Kalau orang tua beda lagi reaksinya, terutama ibu, beliau cenderung malu jika anaknya pergi ke Malaysia sebagai TKI, mungkin karena kurang baiknya image orang yang bekerja di malaysia sebagai pembantu.  Semua itu dengan sedikit nekat, saya acuhkan karena sudah bulat ingin mengejar jadi Manager, untungnya istri tercinta mendukung penuh dan siap ikut ke Malaysia.
Setelah menjalani masa kerja kontrak 2 tahun, dengan segala kesedihan, keluh kesah, kegetiran, kenangan pahit, juga kesenangan, kebahagiaan, pertemanan dan keluarga baru, kenangan manis akhirnya berakhir masa kontrak.  Sekitar 2 bulan sebelumnya, saya mendapat tawaran pekerjaan menjadi seorang manager di sebuah perusahaan farmasi di Jakarta.  Akhirnya saya bertemu dan interview dengan CEO (anak Owner yang menjadi penerus tahta perusahaan) di sebuah hotel di Kuala Lumpur sekitar jam 8 malam.  Setelah panjang lebar berdiskusi termasuk goal yang harus dicapai dan paket renumeration yang sangat lumayan dan disetujui, akhirnya “DEAL” bahwa saya akan menjadi manager di Jakarta.
Saya menginformasikan keputusan untuk kembali ke Indonesia, menjadi manager di Jakarta dan tidak memperpanjang kontrak di Malaysia kepada GM of Operation jauh hari sebelum kontrak habis dengan alasan supaya mereka mempersiapkan pengganti dan saya bisa mentransfer semua pengetahuan dan pekerjaan kepada pengganti saya.  Mereka berusaha mempertahankan dan meminta saya untuk memperbaharui kontrak dengan berbagai kenaikan renumeration dan juga pendekatan-pendekatan personal.  Tetapi, saya sudah mengambil keputusan ketika deal dengan CEO perusahaan di Jakarta.
Tanggal 14 Februari 2011 saya mulai bekerja di Jakarta sebagai Manager Produksi, dan ternyata 5 tahun 4 bulan waktu yang saya perlukan untuk menduduki jabatan manager dan sesuai dengan target mimpi saya diawal karier SPV…Alhamdulillah…..
Kisah ini mungkin biasa untuk orang lain yang lebih sukses dari saya….tetapi inilah kisah inspiratif hidup saya dari kacamata pribadi saya…
Jadi mari bermimpi dan berani untuk menggapainya………..

No comments:

Post a Comment